Sabtu, 30 Oktober 2010

TRANSPLANTASI KARANG

Transplantasi Karang Sebagai Pendukung Konservasi Laut

Latar belakang
Sebagai ekosistem yang khas dan terletak di daerah tropis, ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang cukup tinggi sehingga keanekaragaman biota yang ada di dalamnya cukup besar. Biota terpenting dalam suatu karang adalah hewan karang batu (stony coral) yaitu hewan yang tergolong scelactenia yang kerangkanya terbuat dari kapur. Beberapa peran penting bagi ekosistem ini adalah: peran dari segi estetika, sebagai pelindung fisik, dan sebagai produk yang menghasilkan nilai ekonomi. Dari segi estetika terumbu karang dengan menampilkan pemandangan yang sangat indah, jarang dapat ditandingi oleh ekosistem lainnya.
Dengan demikian terumbu karang memiliki nilai penting untuk mendukung suatu habitat seperti pulau dan daratan. Disamping itu pula, terumbu karang berperan sebagai pelindung fisik terhadap pantai. Kerusakan terumbu karang akan mengurangi kemampuan karang untuk dapat berperan dalam memberikan perlindungan. Terumbu karang juga sebagai sumber ekonomi penting karena menghasilkan berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara dan sebagainya. Ekosistem ini memberikan tempat perlindungan dan tempat berkembang biak bagi berbagai ekosistem karang. Terumbu karang memiliki peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai jenis biota laut yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya. Berbagai manfaat ekonomi dan jasa-jasa lingkungan merupakan nilai penting bagi ekosistem terumbu karang.
Akan tetapi sangat ironis, dimana permasalahan faktual yang terjadi bahwa kondisi terumbu karang sudah pada tingkat yang sangat menghawatirkan dimana telah terjadi kerusakan secara besar-besaran.Kerusakan ini banyak terjadi pada masa lampau, sebagai akibat dari aktifitas masyarakat yang kurang memperhatikan Ungkungan. Seiring dengan membaiknya kesadaran masyarakat akan pentingnya terumbu karang, aktifitas perusakan terhadap terumbu karang juga menurun. Walaupun demikian pada kenyataannya kondisi terumbu karang di Indonesia telah terlanjur mengalami kerusakan dalam areal yang luas.Untuk dapat memulihkan kondisisi terumbu karang, saat ini telah dikenal banyak metode salah satu diantaranya adalah metode transplantasi karang.
Transplantasi Karang
Transplantasi karang merupakan upaya pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanam ditempat lain atau ditempat yang karangnya telah rusak, sebagai upaya rehabilitasi. Saat ini transplantasi karang juga telah dikembangkan lebih jauh untuk mendukung pemanfaatan yang berkelanjutan. Bentuk pemanfaatan transplantasi karang atara lain untuk mengembalikan fungsi ekosistem karang yang rusak sehingga dapat mendukung ketersediaan jumlah populasi ikan karang di alam. Transplantasi karang juga dirnanfaatkan untuk rnembuat lokasi penyelaman (dive spot) menjadi lebih indah dan menarik sehingga dapat mendorong kenaikan jumlah wisatawan. Selain itu transplantasi karang juga dirnanfaatkan untuk memperbanyak jumlah indukan dan anakan karang yang laku dipasarkan sehingga dapat mendukung perdagangan karang Was, sesuai peraturan yang berlaku.
Pengembangan transplantasi karang yang telah dilakukan adalah menggunakan teknik kombinasi antara rangka besi, jaring dan substrat, Teknik ini telah dilakukan di beberapa lokasi, misalnya di kawasan konservasi laut Kabupaten Berau (2007), Kabupaten Kotabaru (2007), Kabupaten Ciamis (2007) dan Kabupaten Muna (2007). Perturnbuhan karang hasil transplantasi berkisar antara 6-24 cm/bulan. Pemilihan lokasi, jenis karang yang ditransplantasi, kesiapan masyarakat pengelola dan kualitas perairan, merupakan kunci keberhasilan transplantasi karang. Telah pula dicoba teknik transplantasi karang menggunakan substrat semen, namun tidak menggunakan rangka besi dan jaring, sebagaimana dilakukan di Ciamis (2008).
Bibit Karang
Jenis karang yang digunakan dalam kegiatan transplantasi, yaitu jenis karang yang hidup dan tersedia di masing-masing lokasi kegiatan. Berdasarkan data inventarisasi DKP (2002) beberapa alternatif jenis karang tersebut antara lain : Acrophora tenuis; A. formosa; A. hyancinthus; A, difaricata; A. nasuta; A. yongei; A. digitifera; dan A.glauca.
Pelaksanaan kegiatan transplantasi karang baik untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak, untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari (perdagangan karang hias), untuk pengembangan wisata bahari maupun untuk menunjang kegiatan kegiatan penelitian selalu diawali dengan pembuatan media pembibitan transplantasi karang/nursery ground. Kemudian dilanjutkan dengan penyediaan bibit, dan diakhiri dengan penebaran anakan hasil transplantasi.
Perbedaan dari setiap kegiatan transplantasi terutama terletak pada jenis bibit yang dipakai. Jenis bibit yang dipakai untuk transplantasi perdagangan karang hias dipilih dari jenis-jenis karang yang masuk dalam daftar perdagangan karang hias. Untuk wisata bahari, jenis bibit yang dipakai berasal dari jenis-jenis yang memiliki penampilan warna dan bentuk yang indah serta aman disentuh (tidak menimbulkan gatal atau luka). Untuk pemulihan kembali lokasi terumbu karang yang telah rusak / rehabilitasi karang, jenis bibit yang dipakai dipilih dari jenis - jenis yang terancam punah dilokasi tersebut, pernah hidup di lokasi tersebut, dan tersedia sumber bibit yang memadai. Kegiatan transplantasi karang yang ditujukan untuk menunjang kegiatan kegiatan penelitian, sumber bibitnya disesuaikan dengan jenis-jenis karang yang akan diteliti.
Pembuatan Nursery Ground
Pada tahap ini dibuat nursery ground sebagai tempat penyiapan dan pembesaran bibit-bibit karang. Jumlah nursery ground yang dibuat untuk setiap kegiatan adalah sebanyak 50 unit dengan ukuran masing-masing 100 x 110 cm. Bentuk nursery ground adalah segi empat panjang. Nursery ground tersebut pada ujung-ujungnya terdapat kaki-kaki tegak lurus sepanjang 40 cm. Pada bagian atas rangka besi ditutup dengan jarring dengan mesh size 0,5 cm x 0,5 cm. Bahan dasar nursery ground adalah besi yang telah dicat anti karat dan dilengkapi dengan jarring poly etilen pada bagian atasnya. Untuk setiap nursery ground dipasang 12 buah substrat yang terbuat dari semen cor (campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1:4), pada bagian tengah dipasang patok tiang setinggi 10 cm dan pada bagian tepinya dibuat 4 lubang di arah yang berbeda. Substrat ditata kedalam baris searah panjang nursery ground dengan jumlah sebanyak 4 baris dan 3. Pada setiap substrat diberi potongan karang ukuran 4 cm sampai 7 cm. Jumlah total keseluruhan karang yang ditransplantasi untuk setiap kegiatan adalah 600 buah.
Penyediaan Bibit
Penyediaan bibit karang dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
  1. Sistem perwakilan plot koloni diambil tidak lebih 1/8 bagian dari plot koloni
  2. Tidak merusak koloni
  3. Sesuai dengan MSY (potensi) di alam/lokasi.
  4. Pengangkutan bibit dilakukan di dalam air dan dilaksanakan secara hati-hati
  5. Diambil dari lokasi yang berdekatan dengan lokasi penempatan media pembibitan
  6. Mempunyai kedalaman perairan yang sama dengan kedalaman penempatan media
    pembibitan
  7. Dipilih dari jenis karang yang sehat dan mempunyai pertumbuhan cepat
Sedangkan cara pemotongan bibit karang dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Bibit karang dipotong dari induk yang besar, sehat dan mempunyai pertumbuhan yang cepat.
  2. Bibit dipotong dengan panjang lebih kurang 7 cm dengan menggunakan alat pemotong karang yang sesuai.
  3. Bibit diambil pada bagian tunas atau bagian termuda dari induk.
  4. Volume pengambilan bibit dari induk tidak boleh melebihi 1 /8 bagian dari bagian induk sehingga tidak mengganggu pertumbuhan induk.
Pada pengikatan bibit pada substrat, perlu diperhatikan :
  1. Pengikatan bibit dilakukan didalam air, dengan harapan karang yang ditransplantasi tidak/sedikit mengalami stres).
  2. Pada pengikatan, bibit diikat seerat mungkin dengan menggunakan tali pancing atau klem plastik
  3. Bagian bawah bibit menempel pada substrat dengan posisi tegak terikat erat dengan patok substrat.
Penebaran Bibit
Setelah anakan karang yang dipelihara dalam nursey ground berumur sekitar 3-12 bulan (tergantung jenis karang yang ditransplantasi) barulah
dilakukan langkah berikutnya yang disesuaikan dengan tujuan kegiatan.
Untuk tujuan rehabilitasi, penelitian dan wisata bahari, maka anakan karang tersebut sudah dapat disebar di lokasi-lokasi yang diinginkan. Sedangkan untuk perdangan karang hias, maka anakan karang tesebut sudah siap untuk dipasarkan atau diekspor ke luar negeri.

*Litbang Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rabu, 20 Oktober 2010

ADAPTASI IKAN AIR LAUT DAN IKAN AIR DARAT DALAM 1 TEMPAT

Ternyata, Ikan Air Tawar dan Air Laut Bisa dalam Satu Aquarium

Wah ini kabar baik, pasti banyak orang yang suka,’ kata Prof Dr Gumilar Rusliwa Soemantri, rektor Universitas Indonesia. Sebagai pencinta koi Gumilar mafhum ikan hias tawar dan laut berbeda habitat. Jika bisa hidup berdampingan jelas luar biasa. Bima Saksono, eksportir ikan hias di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pun tak pernah mendengar keduanya bisa hidup bersama di satu akuarium.
Untitled-1
‘Keajaiban’ itu dihadirkan di Aquarama 2009 oleh produsen pakan dan aksesori akuarium GEX Corporation asal Osaka, Jepang. Di stannya, GEX memajang kotak kaca berukuran 100 cm x 80 cm x 60 cm yang dihuni aneka ikan hias laut dan tawar.
Segerombol ikan badut dan seekor kuda laut Hippocampus sp berseliweran di antara tiga ryukin dan seekor ranchu yang asyik berenang ria di antara koral artifisial bercorak merah dan tanaman air. Sementara ikan hias tawar lain: gurami hias, platy, dan beberapa ekor guppy hilir mudik di dinding belakang akuarium.
Pemandangan kontras seperti ini tak pelak membuat puluhan pengunjung dan peserta pameran Aquarama 2009 dari berbagai negara silih berganti melongok isi akuarium itu. Singkat kata tak ada ucapan lain yang keluar dari mulut mereka selain kalimat ‘luar biasa’. Menurut Mulyadi, ahli kimpoi suntik ikan hias di Bandung, Jawa Barat, yang ditampilkan stan GEX itu memang anomali. Wajar stan itu menjadi bintang di Aquarama 2009.
Terobosan ini selangkah lebih maju dibandingkan inovasi serupa pada Aquarama 2007. Ketika itu stan H2O Aquarium dari Singapura juga menampilkan ikan hias laut dan tawar di satu akuarium. Namun, sesungguhnya mereka tetap hidup di dua akuarium berbeda. Pada akuarium laut berukuran 3 m x 1 m itu dibenamkan 3 buah akuarium air tawar. Sepintas ikan laut dan tawar seperti berenang bersama saat dilihat dari bagian depan akuarium.

Dokumen 1971

Menurut Yuichiro Miyauchi, staf GEX, kunci teknologi penggabungan dua jenis ikan hias berbeda habitat itu adalah marine treatment yang dikembangkan oleh Yamamoto Toshimasa, dosen dari Okayama University of Science Specialized Training College. Produk itu berupa bubuk putih yang bisa meningkatkan kadar elektrolit pada air tawar. Elektrolit merupakan zat yang mudah terurai dalam bentuk ion-ion. Salah satu ikatan elektrolit yang terkenal adalah NaCl alias garam.
Miyauchi tak bersedia mengungkapkan duduk perkara bagaimana senyawa dalam bubuk tadi bekerja. Namun, saat Trubus mencoba mencicipi sedikit air akuarium yang diberi oksigen terlarut melalui aerator, terasa agak asin alias payau. Data lain yang bisa terungkap adalah pengaruh pemberian marine treatment yang tertuang di selembar kertas dan ditempel di sisi akuarium. Di sana tertulis: bubuk putih, 2 unsur mineral dalam satu boks, pH 7,2 – 7,6, salinitas 7 – 9 ppm, suhu 25?C, dan tidak beracun.
Yang tampak kasat mata, akuarium itu memakai chiller – pendingin–yang suhunya disetel 25?C dan filter biologis. Tak tampak protein skimmer, pengurai amoniak pada kondisi air asin. Sebab itu Takehito Morimoto, staf lain, menyebutkan air perlu diganti setiap 2 minggu. Kesan misterius itu belakangan menjadi gunjingan ramai di berbagai blog pengunjung pasca – Aquarama 2009. Contoh Benny Ng asal Singapura. Di blognya Benny memajang foto akuarium itu dan menyisip komentar, ‘Bagaimana caranya?’.
Penelusuran Trubus menemukan fakta mengejutkan. Penyatuan ikan hias laut dan tawar dalam satu akuarium bukan hal baru. Setidaknya itu tampak dari berkas dokumen hak paten yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat dengan nomor paten 3683855 pada 1971 atas nama Tronic Product Inc asal negara bagian New Jersey. Di sana diuraikan langkah-langkah pembuatan larutan yang mampu membuat ikan berbeda habitat itu nyaman hidup bersama.
Larutan itu yang dicampurkan dengan campuran air laut dan tawar pada salinitas 12 – 14 ppm. Untuk mendapatkan derajat keasaman sekitar 7,2 – 7,6 seperti terjadi pada akuarium GEX, larutan diberi tambahan 0,75 – 1,5 g garam silikat metal. Silikat metal terdiri atas unsur sodium dan kalium.
Selanjutnya apa yang terjadi di tubuh ikan? Sejatinya cairan dalam tubuh ikan tawar dan laut memiliki salinitas hampir sama meski konsentrasi garam di habitat masing-masing berbeda. Salinitas cairan dalam tubuh ikan laut sekitar 2/5 ppm dari salinitas laut sebesar 33 ppm; ikan tawar 1/5. Agar keseimbangan tekanan terjaga, mekanisme osmosis bekerja di tubuh ikan. Intinya ikan akan mengatur keluar-masuk air di tubuh. Dengan alasan itu pula larutan yang disebut di atas memiliki konsentrasi garam sesuai kisaran salinitas cairan tubuh kedua ikan berbeda habitat, antara 1/5 – 2/5 ppm.
Larutan itu adalah senyawa organik yang terdiri dari bahan etilen glikol dan propilen glikol. Etilen glikol dikenal sebagai cairan tak berwarna, tak berbau, dan berasa manis serta larut dalam air. Senyawa itu merupakan bahan baku utama industri tekstil, cat, kanvas rem, sampai bahan antibeku. Propilen adalah hasil samping dari pembuatan sabun dan lilin. Ia muncul sebagai reaksi dengan asam lemak dan minyak.

Adaptasi

Menurut Prof Dr Suharsono ikan tawar dan laut dapat dipelihara pada satu tempat. ‘Pada ikan laut ini bisa dilakukan pada ikanikan estuarin,’ kata kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI di Ancol, Jakarta Utara. Estuarin merujuk pada ikan-ikan yang hidup di muara sungai. Di sana salinitas lebih kecil sekitar 12 ppm. Di laut salinitas mencapai 33 ppm.
Sebab itu ikan muara seperti bandeng Chanos chanos, ketang-ketang Ogcocephalus radiatus, atau salmon tak sulit hidup meski mereka harus berada di lingkungan dengan salinitas berbeda. ‘Sistem osmoregulasi mereka sudah berkembang baik. Jadi kalau disatukan dalam kondisi payau bersama ikan tawar, ikan estuarin lebih tahan, bahkan tanpa proses aklimatisasi,’ kata doktor bidang ekologi koral dari Departemen Biologi Universitas Newcastle Upon Tyne di Inggris itu.
Namun, pada kasus clown fish dan kuda laut yang dipelihara bersama-sama ikan hias tawar seperti disaksikan di stan GEX kondisinya agak berbeda. Berbeda karena ikan badut dan kuda laut itu murni hidup di laut, sekitar terumbu karang. Tanpa proses adaptasi sulit rasanya bagi kedua ikan itu hidup di kondisi payau. ‘Perubahan salinitas sampai di bawah 26 ppm dapat membuat ikan laut sejati mati,’ kata Suharsono. Satu-satunya cara menggunakan ikan laut sejati hasil budidaya. Mereka lebih adaptif karena telah dikondisikan pada salinitas lebih rendah.
Hal senada disampaikan oleh Dra Kadek Ari yang berhasil membiakkan clown fish dan kuda laut di luar habitat asli pada 2008. ‘Yang bisa hidup pasti ikan hias laut hasil budidaya,’ kata peneliti Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung itu. Foto di stan GEX yang dikirim padanya mengungkapkan hal ini. ‘Dari warna tubuh clown fish, jelas ini hasil budidaya. Warna ikan lebih muda. Ciri lain ikan terlihat akur bergerombol. Di alam tidak seperti itu,’ katanya.
Malah Kadek seperti mengenali ikan badut di akuarium GEX itu. Maklum setelah sukses menangkarkan, Kadek sering mengirimkan ikan badut dan kuda laut ke Jepang. Boleh jadi itu alasan mengapa hanya ikan hias laut clown fish dan kuda laut yang ditampilkan di akuarium GEX. Kedua ikan hias laut itu sudah berhasil dibudidayakan.
Pada ikan hias tawar tak perlu memakai hasil penangkaran. ‘Ikan tawar sebetulnya malah nyaman berada di kondisi payau karena salinitas tubuhnya mendekati salinitas lingkungan,’ ujar Melta Rini Fahmi SPi, MSi, peneliti Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Depok, Jawa Barat. Artinya ikan hias tawar hanya cukup diaklimatisasi agar bisa hidup di kondisi sedikit payau. Peluang
Kehadiran teknologi penggabungan ikan hias laut dan tawar itu cukup diminati hobiis. Grigorius Tam dari Yunani, misalnya, berharap dapat membeli produk marine treatment sesudah resmi dilepas di pasaran oleh GEX pada Agustus 2009. Grigorius ingin mencoba sekadar bersenang-senang. ‘Saya punya sebuah akuarium laut di rumah,’ kata pemilik toko perlengkapan ikan hias di Akrapolis itu.
Menurut Jemmy Gunawan di sentra ikan hias Jalan Kartini, Jakarta, teknologi ini memang berpeluang besar disukai hobiis. Pemilik gerai KDC itu merujuk saat ia bereksperimen menggabungkan ikan hias laut seperti balong, kepe-kepe, dan giro pasir, bersama tiga maskoki tossa di akuarium berukuran 60 cm x 30 cm x 20 cm pada 2007. Ini untuk pajangan di tokonya. Hasilnya? Gerai milik Jemmy dibanjiri pengunjung. ‘Mereka senang melihatnya, tapi begitu tahu harga filter yang dipakai sampai Rp80-juta, mereka mundur,’ katanya.
Syarat harga terjangkau diungkapkan oleh Gumilar. ‘Hasil teknologi baru itu akan cepat diterima hobiis bila murah dan ramah lingkungan,’ ujar Gumilar. Pun Cecep Hidayat dari Firda Aquarium di sentra ikan hias Jalan Sumenep, Jakarta Pusat, ‘Kalau harganya murah pasti diminta,’ ujarnya. Toh, inovasi yang ditampilkan oleh stan GEX membuka wawasan bahwa tak ada yang tak mungkin dicoba. Melihat maskoki dan ikan badut berenang bersama di satu akuarium sangat menyenangkan.

REKAYASA GENETIK BENIH IKAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI

Tolak ukur keberhasilan budidaya ikan adalah produksi ikan dengan pertumbuhan yang cepat dalam waktu yang singkat. Target produksi dapat berupa jumlah ikan yang dihasilkan (menghitung tingkat kelangsungan hidupnya) khususnya untuk sekuen kegiatan pembenihan dan dapat pula berupa bobot yang dihasilkan (menghitung biomassa) pada sekuen kegiatan pembesaran. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan perlu dikaji. Setiap spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda. Perbedaan pertumbuhan ini dapat tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun potensi tumbuh dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (gen). Ikan mempunyai gen khusus yang dapat menghasilkan organ atau sel organ tertentu dan gen umum yang memberikan turunan kepada jenisnya. Baik gen khusus maupun gen umum dari setiap ikan terdiri dari bahan kimia yaitu DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid). Ekspresi dari gen-gen tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan. Karakteristik genetik tertentu yang dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu dengan sejumlah sifat bawaan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan ikan menemukan dan memanfaatkan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang luas. Semua hal tersebut akhirnya tercermin pada laju pertumbuhan ikan. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha yang mampu menghasilkan benih ikan unggul seperti tersebut di atas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan rekayasa genetik melalui penerapan teknologi transgenik pada ikan. Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan rekayasa genetik yang memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda secara in vitro.

Tujuan dari transgenik ini adalah untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan peningkatan produksi. Meskipun teknologi transgenik ini memungkinkan untuk diaplikasikan dalam bidang akuakultur (budidaya perikanan), namun masih perlu dilakukan penelaahan khusus untuk mengetahui teknologi tersebut.Era teknologi DNA rekombinan yang dimulai tahun 70-an, dan sejak saat itu telah menghasilkan kemajuan dalam berbagai bidang antara lain beberapa rekombinan di bidang peternakan, farmasi, dan beberapa produk bioaktif lainnya. Di bidang perikanan, telah diproduksi ikan yang resisten terhadap pembusukan dan tahan disimpan dalam alat pendingin. Selain itu, melalui penerapan teknologi transgenik telah dihasilkan ikan-ikan teleostei dengan produksi yang tinggi. Modifikasi untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan telah dicapai pada varietas yang luas pada beberapa spesies ikan dan beberapa proses lainnya juga telah dimodifikasi sehingga menguntungkan. Sementara itu, sebagian besar penggunaan teknik untuk menghasilkan ikan transgenik diperoleh berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilakukan. Hal ini dimungkinkan, sesuai dengan kenyataan bahwa transgenik pada bidang akuakultur bisa lebih dikomersilkan seperti pada hewan ternak. Alasan lain yang berhubungan dengan percepatan pada ikan transgenik ini adalah berhubungan dengan kemudahan dari transfer gen yang dimasukkan. Sejak telur-telur ikan dikeluarkan ke lingkungan eksternal, maka diperlukan teknologi dan ketrampilan personal untuk memproduksi ikan transgenik, seperti fertilisasi in vitro, metode implantasi dan lain-lain. Hal ini mungkin merupakan salah satu alasan kenapa begitu banyak spesies ikan yang telah dimodifikasi secara genetik. Banyaknya telur yang dihasilkan oleh seekor ikan apabila dibandingkan dengan mamalia, menjadikan ikan-ikan lebih mudah diperoleh, dipertahankan dan dimanipulasi. Keuntungan lainnya dalam penggunaan ikan transgenik berhubungan dengan kenyataan bahwa fertilisasi seringkali dapat ditunda untuk beberapa jam tanpa ikan mengalami kerusakan. Ikan juga relatif lebih mudah untuk dipertahankan, dipacu kematangan gonadnya, dan secara umum tidak membutuhkan biaya pemeliharaan yang mahal serta pertumbuhan ukuran dapat diatur. Tetapi dapatkah teknologi trasgenik ini diterapkan pada usaha budidaya perikanan secara komersial?

Peralatan yang dibutuhkan untuk menginjeksi telur ikan dengan materi genetik asing secara relatif sangat mendasar. Pada kelompok ikan yang berbeda telah dikembangkan suatu sistem kontrol secara elektronik untuk mengantar campuran penyangga DNA ke dalam telur.Peralatan penting yang digunakan selama injeksi adalah jarum suntik mikro (mikroinjeksi). Persiapan pertama, jarum dilekatkan pada gas Hamilton tight syringe yang membawa larutan penyangga DNA yang telah dipetakan. Larutan terdiri dari DNA rekombinan yang berbeda komposisinya, akan tetapi beberapa peneliti telah menggabungkan pembuatan visualisasi tersebut untuk lebih mempermudah injeksi gen. Volume DNA yang disuntikkan ke dalam telur secara individu juga berbeda. Selanjutnya telur yang disuntikkan ditempatkan di dalam penampung telur. Letak telur diatur sehingga microphylenya berada pada sudut yang sesuai dengan jarum microinjector. Manipulasi ini dikerjakan di bawah mikroskop binokuler dengan pantulan cahaya dan alat kromatografi. Posisi awal, jarum ditempatkan ke dalam bagian micropyle kemudian disuntikkan larutan penyangga selanjutnya telur diikubasi di bawah kondisi normal. Keberhasilan prosedur mikroinjeksi telur bergantung kepada beberapa faktor termasuk di dalamnya: kualitas benih dan telur, metode pelaksanaan manipulasi, tipe penyangga injeksi yang digunakan, bentuk dari DNA, konsentrasi suntikan dan ketrampilan teknisi. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkat kegagalan atau keberhasilan pasca injeksi misalnya laju kematian yang bervariasi dari satu telur salmonid pasca injeksi yang berkisar antara 30-95% (Fletcher dan Davids, 1991). Pada spesies lain, tingkat kelangsungan hidup dilaporkan oleh Dunham et al. (1992) pada channel catfish (Ictalurus punctatus) yang memperoleh tingkat kelangsungan hidup sekitar 33%. Beberapa penelitian terdahulu telah menguji pengaruh waktu injeksi terhadap tingkat kelangsungan hidup telur. Evaluasi data telah mengindikasikan bahwa terdapat hubungan langsung antara waktu injeksi dengan tingkat kelangsungan hidup telur. Sebagai contoh, Brem (1988) melaporkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan Tilapia adalah 25, 52 dan 98% mengikuti mikroinjeksi telur- telur pada 0-16, 21-24 dan 40-43 jam sesudah pemijahan. Penelitian lain yang telah dilakukan adalah mengevaluasi pengaruh EDTA terhadap tingkat kelangsungan hidup telur dan dilaporkan bahwa keberadaan EDTA dapat menurunkan kelangsungan hidup terhadap telur-telur ikan cyprinid yang telah diinjeksi. Dalam hal yang sama, Penman et al. (1990) mengobservasi hasil penggunaan Tris-NaCl daripada EDTA pada ikan rainbow trout. Konsentrasi DNA yang dapat diterima melalui panampakan embrio yang berkembang bervariasi dengan spesies yang berbeda. Sebagai contoh : mortalitas pada zebrafish mendekati 100% mengikuti injeksi 50 pg DNA (Stuart et al., 1988). Dalam hal yang berbeda, telur-telur ikan salmon nampak lebih sehat, dan dapat menerima injeksi  200 pg DNA/telur (Fletcher dan Davis, 1991). Sebagian besar peneliti mengindikasikan bahwa penyuntikan DNA adalah persisten dan secara cepat mengalami replikasi selama proses embriogenesis. Hal ini dapat terjadi, meskipun ketika DNA tidak bergabung ke dalam genom, tetapi berada dalam suatu posisi kromosom ekstra. Dalam kenyataannya, opini umum mengesankan bahwa sebagian besar injeksi DNA ke dalam telur berada sebagai unit fungsional ekstra kromosom untuk memperpanjang periode waktu. Sebagai akibat dari fenomena ini, adalah untaian-untaian DNA tidak didistribusikan seluruhnya pada semua jaringan seperti pada mosaicism (pola) yang berkembang.
Masalah utama dengan posisi kromosom ekstra berhubungan dengan pengaruh DNA yang terselubung, hal ini bergantung kepada kemampuan untuk mendeteksi genomic DNA bahwa DNA yang diinjeksikan telah berinkorporasi ke dalam genom ikan. Beberapa studi menggambarkan transfer DNA yang telah diinjeksikan ke dalam anak (keturunan) menghasilkan pola atau bentuk dalam garis induk yang bervariasi dalam persentase generasi F2 yang membawa DNA asing. Dengan demikian, sifat kehati-hatian harus dijalankan dalam mengevaluasi transmisi gen pada level F2. Jika tidak, tranmisi kuman dari gen-gen yang dimasukkan dapat muncul pada ikan, dengan proporsi individu transgenik diantara keturunan dilaporkan bervariasi antara 1-50%. Semua gen menyampaikan informasi di bawah kontrol dari untaian DNA. Semua gen-gen eukaryotik memiliki urutan promoter yang memungkinkan terjadinya transkripsi yang tepat (transfer informasi dari DNA ke dalam molekul RNA). Banyak diantara gen-gen tersebut memiliki untaian khusus yang dapat ditingkatkan untuk mengontrol laju kecepatan transkripsi yang terus menerus. Pembangkit tersebut dapat meningkatkan aktivitas gen beberapa ratus kali. Gen-gen dapat menyambung dengan kisaran yang luas dari promoter, yang seringkali digunakan secara eksprimen yaitu gen metallothionin promoter. Kelemahanan dari promoter khusus ini, berhubungan dengan kenyataan bahwa aktivasinya bergantung kepada logam berat. Tetapi ada berbagai promoter yang menguntungkan berasal dari mamalia dan ikan-ikan teleostei dan telah tersedia. Dengan demikian, teknologi transgenik dapat diaplikasikan dalam industri akuakultur dengan menggunakan untaian promoter enhancer yang homolog.

Keuntungan dan produksi ikan transgenik
Laju pertumbuhan
Teknologi manipulasi gen untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan potensial untuk diaplikasikan dalam industri akuakultur. Peningatan karakteristik pertumbuhan ikan telah dicapai melalui seleksi alami. Efek dramatis terhadap pertumbuhan telah dihasilkan melalui injeksi gen hormon pertumbuhan (growth hormone, GH). Produksi Hormon pertumbuhan pada ikan transgenik telah diproduksi dengan teknik pemurnian, meskipun masih sebatas uji coba. Akan tetapi, dengan perbaikan teknik dan penambahan pengalaman dalam metode insersi gen, telah diproduksi berbagai spesies ikan yang pertumbuhannya cepat. Keberhasilan penerapan teknologi transgenik ini bergantung kepada transfer gen yang diekspresikan dan diwariskan dengan cara yang stabil serta dapat dipridiksi. Teknologi transgenik dapat menyediakan produksi rata-rata bagi “designer fish” untuk pangsa pasar, percepatan penampakan luar dari ikan, tekstur dagingnya, rasa, warna dan komposisi. Calon gen lain yang memberikan keuntungan pada pertumbuhan ikan termasuk pengaturan pertumbuhan adalah pengkodean untuk pelepasan hormon pertumbuhan dan insulin sebagai faktor pertumbuhan (Fletcher dan David, 1991).
Nutrisi

Budidaya ikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Salah satu pendekatan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan. Semakin efisien penggunaan pakan oleh ikan maka peluang tercapainya keuntungan akan lebih besar, hal ini didasarkan atas kenyataan saat ini bahwa biaya pakan pada budidaya ikan dapat melbihi 50% dari biaya produksi. Pengaturan nutrisi pada ikan budidaya berkaitan dengan pentingnya mengubah kapasitas pencernaan ikan seperti kemampuan untuk meningkatkan kecernaan karbohidrat dan protein nabati. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada ikan-ikan teleostei memberikan sumbangan yang berarti. Hal ini memungkinkan pemberian ijin kepada para pengusaha industri pakan untuk menggunakan komponen pakan yang sedikit lebih rendah kualitasnya. Seperti halnya pada ekspresi enzim phytase dalam ikan-ikan budidaya yang memungkinkan peningkatan kemampuan mencerna posfor asam phytic (Mayer dan McLean, 1994) yang memungkinkan penggabungan protein nabati dalam pakan, dengan konsekwensi dapat mengurangi bahan pencemar yang mengandung posfor. Masalah utama yang berhubungan dengan studi teknologi transgenik pada ikan sampai saat ini berhubungan dengan jumlah dan jenis-jenis ikan yang diuji. Salah satu pembatas studi utama berasal dari efisiensi konversi pakan sepanjang siklus hidup ikan. Pemasukan dari konstruksi gen kepada ikan dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap efisiensi konversi pakan. Keuntungan-keuntungan dari teknik ini bervariasi pada berbagai spesies ikan.

Kontrol penyakit
Pada budidaya ikan secara intensif resiko penyakit akan muncul. Munculnya penyakit tersebut seringkali dihubungkan dengan stress. Untuk mengatasi masalah tersebut dua strategi yang dapat diterapkan yaitu dengan memperhatikan modifikasi secara genetik ikan-ikan yang resisten terhadap penyakit dan aleviasi stress di bawah kondisi budidaya intesif. Teknologi transgenik atau DNA rekombinan telah memberikan pengaruh dalam mengontrol penyakit pada ikan-ikan, dengan hasil rekombinasi beberapa vaksin secara viral. Dasar genetik dari pertahanan stress pada organisme air sama. Namun demikian, ikan mempunyai ciri-ciri spesifik untuk meningkatkan ketahanannya terhadap stress yang secara genetik dapat diidentifikasi. Beberapa hasil penelitian terdahulu telah berhasil mengidentifikasi lysozyme pada ikan trout (Oncorhynchus mykiss) yang 15 kali lebih aktif dibanding yang ditemukan pada ikan salmon Atlantik (Salmo salar) (Grinde, 1988). Oleh karena produksi lysozyme bertindak dikontrol oleh gen tunggal, maka melalui tahapan yang jelas gen ini akan dapat diisolasi dan menghasilkan ikan transgenik yang lebih kuat lysozymnya. Dengan demikian, penerapan teknologi transgenik dimungkinkan untuk mengkonversi resistensi penyakit pada sebagian besar spesies ikan. Hal ini dapat ditingkatkan melalui manipulasi secara langsung pada sistem kekebalan ikan.

Teknologi transgenik dalam bidang akuakultur di masa mendatang memiliki prospek yang sangat cerah terutama dalam memproduksi benih ikan-ikan yang memiliki potensi tumbuh, seperti : efisiensi pemanfaatan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap stress dan penyakit, dan mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan yang luas. Kesemua hal tersebut sangat menunjang dalam upaya peningkatan produksi ikan-ikan budidaya. Dalam rangka pengaplikasian teknologi transgenik ini pada usaha budidaya perikanan secara komersial yang bertujuan untuk mengoptimalkan produksi, maka masih perlu dilakukan pengkajian-pengkajian yang berkaitan dengan manipulasi gen yang berperanan dalam pertumbuhan ikan. Selain itu, juga perlu dilakukan pengkajian tentang dampak mengkonsumsi ikan transgenik bagi kesehatan manusia.

Daftar pustaka
Nadh's Weblog >>>Blog Stats
http://rudyct.com/PPS702-ipb/04212/m_yusri_k.doc
GIGIK MAY RIZA
100710109 / 04
IKM B ‘07

PENEMU KAPAL IKAN BERSISIP

ALEX KAWILARANG WAROUW MASENGI
 
Doktor dari The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University, Jepang (1993), ini adalah penemu teknologi kapal ikan bersirip. Temuan pria bernama lengkap Prof Dr Ir Alex Kawilarang Warouw Masengi MSc kelahiran Desa Kinilou, Tomohon, 13 Juni 1958, ini sudah dipatenkan di Jepang.
Suami dari Ixchel Peibie Mandagie MSi (juga dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat), ini diilhami ikan terbang dalam menemukan teknologi perkapalan tersebut. Ikan itu dapat terbang jauh bagaikan pesawat udara yang melayang rendah di atas permukaan air laut.
Dia tertarik ketika mengamati bentuk tubuh dan sirip ikan terbang antoni (torani). Ikan itu dapat melayang di atas permukaan air laut. Tubuhnya terangkat melalui pergerakan sirip yang relatif panjang dan dorongan pergerakan tubuhnya sendiri. Pakar teknik perkapalan perikanan ini mengamati ikan antoni memiliki bentuk tubuh yang relatif unik, mulai dari kepala, badannya yang montok, pergelangan ekornya serta seluruh siripnya. Bentuk tubuh dan sifat-sifat khas ikan antoni itulah yang ia terapkan ke dalam desain badan kapal ikan, berikut pemasangan sirip pada bagian lambung kapal. Hasilnya, tingkat kestabilan kapal ikan relatif menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jenis kapal ikan lain.
Sejumlah pengkajian dan uji coba stabilitas kapal ikan yang menggunakan sirip ini sudah dilakukannya sejak 16 tahun terakhir.  Pengkajian dan pengujian dilakukan di Laut Cina Timur, Teluk Ohmura Nagasaki, perairan Jepang Timur, Teluk Manado dan perairan di sekitar Kota Bitung. Hasilnya, stabilitas kapal ikan bersirip rata-rata melebihi kapal ikan biasa.
Selain itu, pengujian laboratorium juga dilakukan di beberapa laboratorium ternama, seperti Laboratorium kapal ikan di Fakultas Perikanan Hokkaido University, Japan Fisheries Engineering Laboratory, Faculty of Ship Building Soga University, Nagasaki.
Hasil pengujian stabilitas terhadap kapal ikan tipe sabani dari Okinawa dengan menggunakan sirip dalam kondisi statis meningkat 17 persen. Adapun saat kapal dalam kondisi dinamis atau bergerak, tingkat stabilitasnya naik menjadi 22 persen.
Metode yang sama, diujicobakan pula pada beberapa kapal ikan tipe pamo yang biasa digunakan para nelayan Sulawesi Utara, baik dalam ukuran nyata maupun dalam skala model. Dari hasil pengujian diperoleh hasil stabilitas kapal pamo dalam kondisi statis meningkat 19 persen dan dalam kondisi dinamis meningkat 28 persen.
Berdasarkan semua pembuktian itu, temuan teknologi kapal ikan bersirip yang desainnya didasarkan pada bentuk tubuh ikan antoni itu, Alex  mematenkan atas namanya sendiri di Jepang.
Sebuah perusahaan galangan kapal di Jepang saat ini sedang bersiap memproduksi massal kapal-kapal ikan bersirip yang didasarkan pada model atau teknologi temuan Alex itu. Makanya, di Jepang namanya tercatat sebagai anggota konsultan pembuatan kapal Nagasaki Dream, dan konsultan pembuatan kapal layar Michinoku-Indonesia. Juga menjadi konsultan teknik pada Reedbed Technology, Liverpool, Inggris.
Alex secara rutin juga menjadi pembicara dan dosen tamu pada berbagai universitas di Jepang dan Perancis. Dia juga sering menyampaikan makalah ilmiah di berbagai universitas ternama di Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.
Alex tumbuh di dalam keluarga petani. Ia dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pertanian di kaki Gunung (api) Lokon, Desa Kinilou, Tomohon, Sulawesi Utara. Ia akrab dengan pertanian palawija, hortikultura,serta budidaya tambak air tawar. Sehingga ahli kelautan ini tetap cinta alam pegunungan. Rumahnya yang sederhana dikelilingi tambak atau telaga lengkap dengan budidaya ikan mas dan mujair. Di bagian depan rumah tampak beberapa rumpun pohon bambu yang ikut menambah semarak lingkungan rumahnya.
Ayah empat anak, yaitu Kesihi, Shinji, Etsuko dan Akira, ini bahkan memanfaatkan lokasi rumahnya di alam pegunungan yang sejuk sebagai tempat pertemuan para dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ia sering menerima tamu di rumahnya yang dikelilingi tambak air tawar itu.
Alex menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Desa Kinilou pada tahun 1971, kemudian melanjutkan ke sekolah teknik pertama dan lulus tahun 1974. Selanjutnya ia meneruskan pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Manado dan lulus pada 1977. Setelah sempat bekerja di sebuah perusahaan perikanan, Alex melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Perikanan Unsrat dan lulus tahun 1984. Ia mengikuti program master di Faculty of Fisheries Nagasaki University pada tahun 1990 dan meraih gelar doktor di The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University, Jepang, tahun 1993. (e-ti/tsl)

Sumber: TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia).

KATA HATI



Catatan Buat Laut  
 
Laut,
Kau tak pernah jemu menemaniku
Bersama desiran ombak yang merdu
Henbusan bayumu selembut sutera
Membelai, mengusap, mencium pipiku
Kerna engkaulah teman setiaku
Laut,
Tika senja datang berlabuh
Jendela hatiku tertutup rapi
Rayuan dan tangisan kulontar jauh
Kerana sesungguhnya hatiku terluka
Ada insan telah menggurisnya
Laut,
Untuk kali terakhir kita bersua
Lambaianmu masih kelihatan
Dengan kerelaan engkau melepaskan 
Aku pergi dengan kelukaan 
Mencari ketenangan di rantau orang
Laut,
Kini aku kembali padamu
Kususuri lagi pantai indahmu
Kugenggan erat pasir halusmu
Kerna sesungguhnya laut 
Ketenanganku adalah bersamamu

Barangkali
kita masih duduk menunggu Barangkali
kita sedang tercungap mengejar sesuatu
Barangkali
kita hanya berdiri terpaku-kau
membatu bisu
memerhati gerak waktu
tertib berlalu
mencantas tiap detik 
catan tingkah dan laku
Mimpikan apa teman
mimpi apakah kita teman
kerlinglah di hadapan
tinjaukan perjalan
panjang yang kian pendek ini
Barangkali 
berakhir hanya dengan
segunung harapan
 
 
 
 


Siapa engkau, siapa aku? Kita bertemu
pada penghujung suratan
terbelengu dalam amukan perasaan
mencari erti di sebalik renungan
mungkinkah……
Lantas kususun hari-hari berlalu
mengisi pertemuan demi pertemuan
dalam bahasa tanpa suara
mengungkai makna demi makna
namun jawapan masih kelabu
Lantas,
sekian lama musim berlalu
segalanya bagaikan berakhir
sehingga resah kembali 
mengetuk pintu hati
lantaran pertemuan kembali bertamu
Bertanya pada diri
untuk apa semuanya ini
sekadar mengguris ketenangan 
memaksa aku membenci
kerna ku tak mahu tersungkur lagi
Ataupun,
apakah pertemuan kali ini
bakal memberi satu kesudahan
penghujung sebuah pencarian
dalam mengenali
siapa engkau, siapa aku
pada dua dunia yang berbeza.

Aku punya..... Aku punya rindu
Yang memaksa aku 
Mencari setitis kasihmu
Aku punya sayang
Yang tidak diketahui
Atau tidak diambil peduli
Kerana perasaan ini
Amat sukar untuk dizahirkan
Aku punya kasih
Yang perlu dikongsi
Hingga akhir nanti
Pastinya,
Aku punya hati
Yang memaksa aku
Menghalusi tiap keindahan 
Yang ada padamu
Lalu menilainya
Buat menghiasi hatiku
Dengan kuntuman keindahan itu
Aku punya rasa malu
Yangtidak mengizinkan
Segala kemungkinan itu 
Diserahkan padamu
 
 
 


Sekali Aku Sekali aku melangkah
Menongkah arus
Walau kesakitan menimpa
Perjalan ini pasti kuteruskan
Hingga tiba ke destinasi
Sekali akau bercinta
Tak mungkinku berpaling
Biar engkau jauh di mana
Akan kujejaki hingga bersua
Walau hebat dugaan melanda
Dan,
Sekali akau melafazkan
Kata-kata dari hati
Akan tetap kukotakan
Kerna di penghujungnya
Pasti terbuka ruang sejahtera


Dari daerah yang semakin dihimpit
dari kesungguhan pengorbanan 
yang masih tinggal sedikit
Jerihku perah
kudratku asak
tekadku pasak
Anganku bukan mimpi
Citaku bukan ilusi
dan demi sebuah denai harapan
yang bakal ku usahakan
bagaimana datangpun
lingkar rintangan
bagaimana datangpun
beban tekanan Ya Rahman
tunjukkan jalan
permudahkan perhitungan
 
  Betapa sedang bermimpi
pada keindahan sebuah penghidupan
tersonsang paut pada
sebuah pertanyaan
tersedarlkah nanti aku
pada perjanjian
`LIMA WAKTU`
yang dibiarkan 
pantas berlalu
di waktu nazak
datang untuk sama-sama 
tumpang beradu?  
Sumber : Karya peribadi & kartunis AIE

Sabtu, 16 Oktober 2010

PENGANTAR

Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa para pahlawannya. Dari sekian banyak pahlawan dan sesepuh yang telah berjasa dalam merintis, menegakkan dan mengisi kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia, diantaranya yang pengabdiannya melalui Angkatan Laut R.I.
Tak terbilang pengorbanan yang telah mereka berikan, bahkan jiwapun mereka relakan, tetapi hanya sebagian kecil dari mereka yang kita kenal. Diantaranya telah diabadikan menjadi nama-nama Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) ataupun bangunan-bangunan penting.

Sumber: TNI-AL, home.indo.net.id/~duta/monumen.htm

Dasar Hukum
Dewan Kelautan Indonesia dibentuk pada tanggal 21 September 2007 melalui Keputusan Presiden No. 21 Tahun 2007 tentang Dewan Kelautan Indonesia.
Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia dibentuk pada tanggal 2 Januari 2008 melalui Peraturan Ketua Harian Dewan Kelautan Indonesia Nomor 1 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia.

Kedudukan
Kedudukan Dewan Kelautan Indonesia merupakan Forum Konsultasi bagi Penetapan Kebijakan Umum di bidang Kelautan.

Tugas Pokok
Dewan Kelautan Indonesia bertugas memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam penetapan kebijakan umum di bidang kelautan.

Fungsi
Pengkajian dan pemberian pertimbangan serta rekomendasi kebijakan di bidang kelautan kepada Presiden;
Konsulatasi dengan lembaga pemerintah dan nonpemerintah serta wakil-wakil kelompok masyarakat dalam rangka keterpaduan kebijakan dan penyelesaian masalah di bidang  kelautan;
Pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan, strategi, dan pembangunan kelautan;
Hal-hal lain atas permintaan Presiden.

Kelompok Kerja
Untuk memperlancar pelaksanaan tugas Dewan Kelautan Indonesia dibentuk Kelompok Kerja yang dipimpin oleh Seorang Tenaga Ahli.

Kerjasama
Dewan Kelautan Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan instansi serta pejabat pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dengan organisasi masyarakat, para ahli dan anggota profesi serta pihak-pihak lain yang berkepentingan baik nasional maupun internasional.
Dasar Hukum
Dewan Kelautan Indonesia dibentuk pada tanggal 21 September 2007 melalui Keputusan Presiden No. 21 Tahun 2007 tentang Dewan Kelautan Indonesia.
Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia dibentuk pada tanggal 2 Januari 2008 melalui Peraturan Ketua Harian Dewan Kelautan Indonesia Nomor 1 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia.

Kedudukan
Kedudukan Dewan Kelautan Indonesia merupakan Forum Konsultasi bagi Penetapan Kebijakan Umum di bidang Kelautan.

Tugas Pokok
Dewan Kelautan Indonesia bertugas memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam penetapan kebijakan umum di bidang kelautan.

Fungsi
Pengkajian dan pemberian pertimbangan serta rekomendasi kebijakan di bidang kelautan kepada Presiden;
Konsulatasi dengan lembaga pemerintah dan nonpemerintah serta wakil-wakil kelompok masyarakat dalam rangka keterpaduan kebijakan dan penyelesaian masalah di bidang  kelautan;
Pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan, strategi, dan pembangunan kelautan;
Hal-hal lain atas permintaan Presiden.

Kelompok Kerja
Untuk memperlancar pelaksanaan tugas Dewan Kelautan Indonesia dibentuk Kelompok Kerja yang dipimpin oleh Seorang Tenaga Ahli.

Kerjasama
Dewan Kelautan Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan instansi serta pejabat pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dengan organisasi masyarakat, para ahli dan anggota profesi serta pihak-pihak lain yang berkepentingan baik nasional maupun internasional.
Sumber:
DEWAN KELAUTAN INDONESIA
Gedung Mina Bahari I, Departemen Kelautan dan Perikanan Lt. 3
Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat 10110 PO BOX 3899 JKP
                                                Telp./Fax. (021) 3522936 - 38, 3519070 Ext. 7314, 7316, 7339, 7321, 7304                                                                                         

MAHASISWA UMRAH Go & Let's Go!!!