DASAR-DASAR PERIKANAN TANGKAP
DESKRIPSI ALAT TANGKAP
Oleh:
NAMA : JIPRIANDI
NIM : 090254241041
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2010
DESKRIPSI ALAT TANGKAP
PURSE SEINE
I. Definisi Purse Seine
Purse Seine disebut juga pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk dilalui tali cincin atau tali kerut. Fungsi cincin dan tali kerut sangat penting terutama pada waktu pengoperasian purse seine.oleh karena itu dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan. Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, maka jarring akan berbentuk seperti mangkuk dan ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap.
II. Karakteristik
Dengan menggunakan one boat sistem cara operasi menjadi lebih mudah. Pada operasi malam hari lebih mungkin menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan pada one boat sistem. Dengan one boat sistem memungkinkan pemakaian kapal lebih besar, dengan demikian area operasi menjadi lebih luas dan HP akan lebih besar, yang menyebabkan kecepatan melingkari gerombolan ikan juga akan lebih besar. Oleh sebab itu dapat dikatakan tipe one boat akan lebih ekonomis dan efisien jika kapal mekaniser, karena dengan menggunakan sistem mekaniser pekerjaan menarik jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan dll pekerjaan di dek menjadi lebih mudah.
III. Bahan dan Spesifikasinya
- Bagian jaring
Bagian jaaring terdiri dari 3 jenis bahan seperti sebagai berikut :
1. jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2. jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3. jaring kantong, #3/4”
1. jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2. jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3. jaring kantong, #3/4”
Srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
- Tali temali
1 tali pelampung.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
1 tali ris atas.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
1 tali ris bawah.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
1 tali pemberat.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
1 tali kolor bahan.
Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
1 tali slambar
bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
1 tali ris atas.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
1 tali ris bawah.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
1 tali pemberat.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
1 tali kolor bahan.
Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
1 tali slambar
bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
- Pelampung
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir.
- Pemberat
Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
- Cincin
Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
- Cincin
Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line).
IV. Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi dll.
V. Daerah Penangkapan
Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1) A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut
2) Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3) Kondisi laut bagus
2) Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3) Kondisi laut bagus
Purse seine banyak digunakan di pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai Selatan (Cilacap, Prigi, dll).
VI. Alat Bantu Penangkapan
I. Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.
II. Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor). Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat yang digunakan. Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes). Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan” (jatim) atau “leret” (Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.
VII. Teknik Penangkapan (Setting dan Hauling)
Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) ada juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan.
Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
b) Pada operasi malam hari, mengumpulkan/menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
c) Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.
VIII. Jenis-jenis dan Tipe-tipe Purse Seine
Purse seine dapat dibedakan atas berbagai segi. Ada yang membedakan berdasarkan ada tidaknya kantong, sehingga dikenal purse seine berkantong dan purse seine tanpa kantong. Ada juga yang membedakan berdasarkan jumlah kapal yang digunakan, sehingga dikenal one boat purse seine dan two boat purse seine. Ada pula yang menggolongkan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan, sehingga dikenal dengan tuna purse seine, sardin purse seine, dan sebagainya.
GILL NET
I. Defenisi Gill Net
Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang”, “jaring rahang”, dan lain sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill net” adalah jaring insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.
Prospektif Alat Tangkap Gill net
Prospektif gill net dasar atau bottom gill net di Indonesia sangat baik, hal ini dikarenakan secara kuantitatif, jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya bottom gill net secara kuantitatif di Indonesia :
· Bahan dasar (material) pembuatan bottom gill net mudah diperoleh
· Proses pembuatan bottom gill net mudah
· Harganya relatif murah
· Fishing method dari bottom gill net mudah
· Biaya relatif murah sehingga dapat dimilliki oleh siapa saja.
II. Konstruksi Alat Tangkap (Bottom Gill Net)
1. Konstruksi Umum
Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring.
Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.
2. Deatail Konstruksi
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri.
3. Karakteristik
· Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan-ikan damersal.
· Bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas dan ris bawah serta dilengkapi dengan jangkar.
· Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan.
· Jaring gill net direntangkan pada float berbendera yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.
III. BAHAN DAN SPESIFIKASINYA
Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi telah merangsang perkembangan pemakaian alat ini. Hal ini disebabkan efisiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami (kapas, rami, rami halus).
1. Persyaratan
Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan rendahnya daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine. Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri. Lebih lanjut diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.
2. Macam dan Ukuran benang
PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan komersial.
Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.
3. Warna Jaring
Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari webbing. Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres, net preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan. Dengan perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan. Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan –ikan yang berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang, sekecil mungkin.
IV. HASIL TANGKAPAN
Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled). Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya herring, cod, halibut, mackerel, yellow tail, sea bream, tongkol, cakalang, kwe, layar, selar, dan lain sebagainya. Jenis-jenis udang, lobster juga menjadi tujuan penangkapan jaring ini.
V. DAERAH PENANGKAPAN
Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.
VI. ALAT BANTU PENANGKAPAN
Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk mengumpulkan ikan pada suatu tempat yang kemudian dilakukan operasi penangkapan. Alat bantu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bottom gill net adalah :
1. Lampu/Light Fishing
Kegunaan lampu untuk alat penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan gill net. Jenis-jenis lampu yang digunakan bermacam-macam antara lain :
§ Ancor / obor
§ Lampu petromak / starmking
§ Lampu listrk ( penggunaannya masih terbetas )
Faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan lampu adalah kekuatan cahaya lampu yang digunakan, selain itu juga ada beberapa faktor lain :
· Kecerahan : Jika kecerahan kecil, berarti banyak partikel-partikel dalam air maka pembiasan cahaya terserap dan akhirnya tidak menarik perhatian dari ikan yang ada disekitarnya. Jadi kecerahan menentukan kekuatan lampu.
· Gelombang, angin, arus : Akan mempengaruhi kedudukan lampu. Adanya faktor-fakttor itu menyebabkan kondisi sinar yang semula lurus menjadi bengkok.
· Sinar bulan : Pada waktu bulan purnama sukar sekali mengadakan penangkapan menggunakan lampu karena cahaya terbagi rata, sadangkan penangkapan menggunakan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna dalam air.
VII. TEKNIK OPERASI
Setting
Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan pemasangan jaring bottom gill net oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring bottom gill net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan ikan tertarik lalu mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertangkap karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal.
Holling
Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak, maka dilakukan holling dengan menarik jaring bottom gill net dari dasar perairan ke permukaan ( jaring ditarik keatas kapal ). Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran.
VIII. HAL –HAL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN
Faktor Luar :
1. Keadaan Musim ( cuaca )
Karena fishing ground atau daerah penangkapan merupakan daerah teluk, sehingga baik buruknya musim atau cuaca akan mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.
2. Keberadaan Resources (sumberdaya ikan)
Makin banyak jumlah unit dari suatu alat tangkap, maka akan tejadi over fishing sehingga keberadaan resources akan terancam. Hal ini akan mengurangi jumlah penagkapan di suatu daerah penangkapan. Untuk mengatasinya maka dilakukan pembatasan ukuran mesh size gill net itu sendiri.
3. Teknik Penangkapan
Apabila salah dalam pengoperasian alat tangkap maka akan didapatkan hasil tangkapan (catch) yang minimum.
4. Market (Pemasaran)
Pemasaran atau market ke daerah konsumsi atau tujuan juga mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.
Faktor Dalam :
1. Bahan Jaring
Supaya ikan mudah dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat sebaik mungkin. Bahan atau twine yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat dari syntetis. Twine yang dipergunakan hendaklah “lembut tidak kaku, pliancy, suppleness”. Dengan demikian maka twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nylon, kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana twine ini mempunyai fibres yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang fibres-nya keras tidak digunakan. Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh cara yang antara lain dengan memperkecil diameter twine ataupun jumlah pilin per-satuan panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.
2. Ketegangan rentangan tubuh jaring
Yang dimaksud rentangan disini ialah baik rentangan ke arah lebar demikian pula rentangan ke arah panjang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension baik pada float line ataupun pada tubuh jaring. Dengan perkataan lain, jika jaring direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat, dan ikan yang telah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker dan juga shortening yang digunakan.
3. Shortening atau shrinkage
Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup.
4. Tinggi Jaring
Yang dimaksud dengan istilah tinggi jaring disini ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang tertangkapnya ikan secara gilled, lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring yang tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming layer dari pada jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
5. Mesh size
Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap selektif terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground, hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang jumlahnya terbanyak pada fishing ground tersebut.
IX. JENIS-JENIS GILL NET
1. Surface Gill Net (Jaring insang permukaan)
2. Bottom Gill Net (Jaring insang dasar)
3. Drift Gill Net (Jaring insang hanyut)
4. Encricling Gill Net atau Surrounding Gill Net (Jaring insang lingkar)
5. Set Gill Net (Jarign insang tetap)
LIFT NET (JARING ANGKAT)
Jaring angkat adalah jaring yang biasanya berbentuk empat persegi panjang, dibentangkan di dalam air secara horisontal, dengan menggunakan kayu, bambu, atau besi sebagai rangkanya. Pemasangannya dapat di lapisan tengah, dasar atau permukaan perairan. Ikan-ikan yg berada atau berkumpul di atas jaring baik sebagai akibat daya tarik cahaya lampu atau terbawa arus, akan tertangkap dengan mengangkat jaring tersebut.
Bagan
1. Bagan Tancap
1. Deskripsi Bagan Tancap
Bagan tancap mrp susunan bambu berbentuk persegi empat yg ditancapkan shg berdiri kokoh di atas perairan, dimana pada tengah dari bangunan tsb dipasang jaring. Dengan kata lain, alat ini sifatnya inmobile. Alat ini ditancapkan sampai ke dasar perairan, yang berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas, yaitu pada perairan dangkal. Pada dasarnya alat ini terdiri dari bangunan bagan yang terbuat dari bambu dan jaring yg berbentuk segi empat yg diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bamboo. Di atas bangunan bagan dibagian tengah terdapat bangunan rumah yg berfungsi sbg tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan.
Di atas bangunan ini terdapat roller yg terbuat dari bambu yg berfungsi untuk menarik jarring. Umumnya alat tangkap ini berukuran 9 x 9 m, sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 12 m. Selama ini untuk menarik perhatian ikan berkumpul dibawah bagan, umumnya nelayan masih menggunakan lampu petromaks yang jumlahnya bervariasi dari 2-5 buah.
Teknik Operasi Bagan Tancap
Pada saat nelayan tiba di bagan maka yg pertama dilakukan adalah menurunkan jaring dan memasang lampu yaitu pada bulan gelap. Setelah beberapa jam kemudian (sekitar 4 jam) atau dianggap sudah banyak ikan yang terkumpul di bawah bagan maka penarikan jaring mulai dilakukan. Penarikan dilakukan dgn memutar roller, shg jaring akan terangkat ke atas. Setelah jaring terangkat maka pengambilan hasil tangkapan dilakukan dgn menggunakan scoop net. Demikian seterusnya. Jika operasi penangkapan ingin dilanjutkan kembali, maka jaring diturunkan ke perairan spt semula. Dalam satu malam operasi penangkapan bisa dilakukan sampai 3 kali.
2. Bagan Rakit
Bagan ini lebih sederhana dan biasanya digunakan oleh nelayan khususnya di sungai atau muara sungai. Bagan ini terbuat dari bambu, dimana operasinya berpindah-pindah, dan proses operasi penangkapannya sama dengan bagan tancap.
3. Bagan Perahu (Bagan Rambo)
Bagan ini sering disebut sbg bagan perahu listrik. Ukurannya bervariasi tetapi di Sulsel umumnya menggunakan jaring dgn panjang total 45 m dan lebar 45 m, berbentuk bujur sangkar dgn ukuran mata jarring 0,5 cm dan bahannya terbuat dari waring. Dalam pengoperasiannya bagan ini dilengkapi dengan perahu motor yg berfungsi untuk menggandeng bagan rambo menuju daerah penangkapan. Selain itu, bagan tsb berfungsi sbg pengangkut hasil tangkapan dari fishing ground ke fishing base bakar serta perlengkapan laut lainnya, biasanya berukuran 8x3 meter. Sedangkan untuk mengumpulkan ikan dengan cahaya digunakan generator yang berkekuatan puluhan ribu watt dengan voltase 220 volt. Lampu penarik ikan (biasanya merkuri) terletak pada bagian sisi kiri dan kanan kapal. Agar bangunan kapal tidak terbawa arus pada saat operasi yang memungkinkan posisi/lokasi penangkapan alat tangkap bagan menetap, maka digunakan jangkar . untuk menjaga keseimbangan bangunan bagan diberikan anjang-anjang yang terletak pada kedua sisi bangunan bagan, umumnya dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk suatu rangkaian yang bersilangan.
4. Stick Held Dip Net
Dalam bahasa jepang disebut “Bouke-ami” . Pada mulanya alat tangkap ini hanya digunakan untuk menangkap ikan kembung, kemudian digunakan untuk menangkap ikan saury dengan alat bantu cahaya. Lampu yg digunakan umumnya berkekuatan 15.000 – 27.000 watt yg berasal dari generator, tetapi tidak bersamaan dinyalakan. Dalam satu kapal , tenaga kerja yg dibutuhkan berkisar 8 – 23 orang/kapal.
5. Serok (Scopnet) dan Bandrong
Serok adalah jaring yg berbentuk kerucut atau kantong, mulut jaring terbuka dgn memakai bingkai yang terbuat dari rotan atau bamboo. Teknik penangkapannya sangat sederhana, karena dapat dilakukan dgn perahu atau tanpa perahu. Bila menggunakan perahu, maka alat ini didorong ke permukaan air dgn menggunakan perahu tersebut. Bandrong adalah jenis jaring angkat yg terdiri dari rangkaian jaring dan bambu/rotan yg dipasang disuatu perairan baik sungai maupun laut untuk menghadang ikan-ikan yg lewat di atas bandrong tersebut. Apabila ada gerombolan ikan yg lewat di atas bandrong tersebut maka tali yg menghubungkannya segera ditarik.
Jenis-Jenis Hasil Tangkapan Lift Net
Hasil tangkapan utamanya adalah ikan pelagis, selain itu tergantung dari fishing groundnya. Bagan banyak digunakan untuk menangkap ikan teri, tembang, layang, kembung, selar, cumi-cumi, alu-alu, kwe, dan sebagainya. Di Jepang alat stick held dip net banyak digunakan untuk menangkap ikan celolabis saira, dan sebagainya.
TRAWL (PUKAT)
Defenisi
Kata Trawl berasal dari bahasa Perancis yaitu Troler dan Trailing dalam bahasa Inggris dimana mempunyai kesamaan arti yaitu tarik atau keliling sambil menarik. Alat penangkapan ini di Jawa Barat lebih sering disebut pukat harimau karena rakusnya menangkap semua jenis dan ukuran ikan sehingga berdampak negatip pada kelestarian alam sehingga pemerintah mengeluarkan Kepres. No.39 Tahun 1980 yang berisi larangan pengoperasian pukat harimau di Indonesia dan hanya diizinkan dioperasikan untuk kapal-kapal peneliti.
Dengan berbagai perubahan komponen ada beberapa Trawl yang diizinkan beroperasi di Indonesia seperti kita temukan di laut Arafura yang digunakan untuk menangkap udang dan dikenal dengan nama pukat udang. Asal Trawl ini tidak diketahui dengan pasti namun alat ini sudah lama dioperasikan di Eropa dan banyak digunakan di daerah pantai dan lepas pantai.
Bentuk Trawl terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi apalagi setelah jenis mesin untuk penangkapan makin maju. Dari Eropa berkembang ke negara Jerman, Pada gambar 4.5, dapat dilihat perkembangan bentuk trawl dari tahun ke tahun.
Jenis-jenis Trawl
Berdasarkan letak jarring dalam air selama dilakukan operasi penangkapan ikan, yaitu:
1. Surface trawl (floating trawl), yaitu trawl yang dioperasikan pada permukaan air.
2. Mid water trawl, yaitu trawl yang dioperasikan antara permukaan dan dasar perairan.
3. Bottom trawl, yaitu trawl yang dioperasikan di dasar perairan.
Berdasarkan segi operasinya dikenal ada tiga jenis trawl, yaitu sebagai berikut:
1. Side trawl, yaitu trawl yang pada waktu operasinya ditarik pada sisi kapal.
2. Stern trawl, yaitu trawl yang ditarik pada bagian belakang kapal.
3. Double rig trawl, yaitu trawl yang ditarik melalui dua rigger yang dipasang pada kedua lambung kapal.
Berdasarkan jumlah kapalyang digunakanuntuk menarik trawl, maka trawl dapat dibagi atas:
1. One boat trawl, yaitu trawl yang ditarik dengan sebuah kapal.
2. Two boat trawl, yaitu trawl yang ditarik dengan dua buah kapal.
Berdasarkan penggunaan alat untuk membuka mulut jarring dikenal:
1. Bean trawl, yaitu trawl yang menggunakan bean (pentangan).
2. Otter trawl, yaitu trawl yang menggunakan otter board untuk membuka mulut jaring.
Teknik Operasi Penangkapan
1. Kecepatan dan Lama Waktu Menarik Jaring
Adalah ideal jika jarring ditarik dengan kecepatan yang besar, tetapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena dihadapkan kepada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang dimaksudkan (bentuk terbukanya); kekuatan kapal untuk menarik; ketahanan jaring terhadap tahanan air, resistance yang makin membesar sehubungan dengan catch yang senakin bertambah, dan lain-lain. Factor-faktor ini berhubungan satu sama lainnya dan masing-masing menghendaki syarat-syarat tersendiri.
Pada umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Kecepatan inipun berhubungan dengan swimming speed dari ikan, keadaan dasar laut, arus, angin, gelombang dan lain-lain. Dengan mempertimbangkan keadaan ini, kecepatan tarik dapat ditentukan.
Lama waktu penarikan didasarkan kepada pengalaman-pengalaman dan factor yang perlu dipikirkan ialah banyak sediktnya ikan yang diduga akan tertangkap, oekerjaan di dek, jam kerja crew dan lain sebagainya. pada umumnya waktu penarikan berkisar sekitar 3-4 jam, dan kadang kala hanya memerlukan waktu 1-2 jam.
2. Panjang Warp
Faktor-faktor yang perlu dipikirkan ialah depth, sifat dasar perairan (pasir, lumpur), dan kecepatan tarik. Biasanya panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing ground yang depth-nya sekitar 9 meter (depth minimum), panjang warp sekitar 6-7 kali depth. Jika dasar laut adalah lumpur, maka ada baiknya jika warp diperpendek. Sebaliknya, jika dasar laut yang terdiri dari pasir keras (kerikil), baiknya warp diperpanjang.
Pengalaman menunjukkan bahwa pada depth yang sama dari suatu fishing ground, adalah lebih baik jika dugunakan warp ayng agak panjang dari pada yang terlalu pendek. Karena pada saat penarikan bentuk warp tidaklah lurus, tapi membentuk suatu garis catenarian.
Gaya kerja kapal pada warp, beda kerja yang diterima kapal kadang kala menyebabkan gerak kapal tidak stabil., demikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-gaya luar (arus, angin, dan gelombang).
Diharapkan agar mulut jaring terbuka maksimal, bergerak horizontal pada dasar atau pun pada suatu depth tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance yang berubah-ubah, dan lain-lain menyebabkan jaring naik turun ataupun bergerak ke kanan dan ke kiri. Rentang yang diakibatkannya haruslah selalu berimbang. Warp terlalu pendek , pada kecepatan lebih besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring bergerak naik ke atas (tidak mencecah dasar), warp terlalu panjang dengan kecepatan di bawah batas tertentu akan menyebabkan jaring mengeruk lumpur. Daya tarik kapal (Hp dari winch) diketahui terbatas, oleh sebab itu haruslah diperoleh suatu range dari nilai beban yang optimal.
Apa yang terjadi pada saat operasi penarikan? Pada hakekatnya adalah merupakan suatu keseimbangan dari gaya-gaya yang complicated jika dihitung satu sama lain.
Hasil Tangkapan atau Jenis Ikan yang Tertangkap
Tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun demersal fish, termasuk juga jenis-jenis udang (shrimp trawl, double rig shrimp trawl) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk perairan Laut Jawa, komposisi tangkapan antara lain terdiri dari jenis-jebis ikan petek, kuniran, manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja, gulamah, kerong-kerong, petik, sumbal, layur, remang, kembung, cumi-cumi, kepiting, rajungan, cucut, dan lain-lain.
Catch yang dominan untuk suatu fishing ground akan mempengaruhi skala usaha, yang kelanjutannya akan menentukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan. Akan tetapi, jika menggunakan surface trawl tentu ikan-ikan pelagis akan menjadi hasil tangkapan utama, terutama kecepatan renanganya tidak seberapa kuat.
LINE FISHING (PANCING)
Defenisi
Jenis-jenis teknik penangkapan ikan yang menggunakan pancing biasa disebut dengan line fishing. Istilah lain juga disebut hook and line atau angling yaitu alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing. Umumnya pada mata pancingnya dipasang umpan, baik umpan asli maupun umpan buatan yang berfungsi untu menarik perhatian ikan. Umpan asli dapat berupa ikan, udang, atau organism lainnya yang hidup atau mati, sedangkan umpan buatan dapat terbuat dari kayu, plastic, dan sebagainya yang menyerupai ikan, udang, atau lainnya. Dibandingkan dengan alat-alat penangkapan ikan lainnya, alat pancing inilah yang prinsipnya tidak banyak mengalami kemajuan.
Sebagai alat penangkap ikan, alat pancing terdiri dari mata pancing, tali pancing, umpan, dan berbagai perlengkapan lainnya seperti joran, pelampung, pemberat, dan lain-lain.
Kelebihan dan Klemahan Line Fishing
Menurut Ayodhoya (1981), alat penangkapan ini mempunyai segi-segi positif yaitu:
1. Alat-alat pancing tidak susah dalam strukturnya dan operasinya dapat dilakukan dengan mudah.
2. Organisasi usahanya kecil, sehingga dengan modal sedikit usaha sudah dapat berjalan (bergantung jenis usaha pancingnya), manusia sedikit usaha sudah dapat dijalankan.
3. Syarat-syarat fishing groundnya relative sedikit dan dapat dengan bebas memilih.
4. Pengaruh cuaca, suasana laut, dan sebagainya relative kecil.
5. Ikan-ikan yang tertangkap seekor demi seekor sehingga kesegarannya dapat terjamin.
Namun ada pula beberapa kelemahannya yaitu:
1. Dibandingkan dengan perikanan jaring, maka untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak jumlahnya dalam waktu yang singkat tidak mungkin dilakukan.
2. Memerlikan umpan, sehingga ada tidaknya umpan akan berpengaruh terhadap jumlah kali operasi yang dapat dilakukan.
3. Keahlian perseorangan sangat menonjol, pada tempat, waktu, dan syarat-syarat lainnya sama, hasil tangkapan yang diperoleh belum tentu sama dengan orang lain.
4. Pancing terhadap ikan adalah pasif, dengan demikian tertangkapnya ikan tersebut sangat ditentukan oleh tertariknya ikan untuk memakan umpan.
Jenis-jenis Line Fishing
1. Handlines, yaitu pancing yang paling sederhana. Biasanya hanya terdiri dari pancing, tali pancing, dan pemberat serta dioperasikan oleh satu orang dan tali pancing langsung ke tangan.
2. Pole and Line, yaitu pancing yang digunakan khusus menangkap ikan-ikan cakalang, tuna, dan tongkol. Pancing ini terdiri dari joran, tali pancing, dan umpan. Dioperasikan secara bersama diatas kapal.
3. Set Lines, yaitu pancing yang dipasang secara menetap dalam jangka waktu tertentu. Pancing ini terdiri dari tali pancing, pancing, dan umpan kemudian dipasang secara tetap disuatu perairan.
4. Bottom Long Lines, yaitu pancing yang dipasang di dasar perairan, biasanya khusus menangkap ikan-ikan demersal.
5. Drift Lines, yaitu pancing yang dipasang di permukaan atau pertengahan air dan dihanyutkan sampai jangka waktu tertentu.
Teknik Operasi Penangkapan
Setelah semua persiapan dilakukan, termasuk penyediaan umpan hidup, maka dilakukan pencarian gerombolan ikan oleh seorang pengintai yang tempatnya biasanya di anjungan kapal, dan menggunakan teropong. Pengoperasian biasa juga dilakukan di dekat rumpon yang telah dipasang terlebih dahulu. Setelah menemukan gerombolan ikan harus diketahui arah renang ikan tersebut kemudian mendekati gerombolan ikan tersebut. Sementara pemancing sudah harus bersiap masing-masing pada sudut kiri-kanan dan haluan kapal. Cara mendekati ikan harus dari sisi kiri atau kanan dan bukan dari arah belakang. Pelemparan umpan dilakukan oleh pemancing setelah diperkirakan ikan telah berada dalam jarak jangkauan lemparan.
Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dengan menggunakan Line Fishing ini bermacam-macam seperti Tuna, Cakalang, Tongkol terutama pada Pole and Line.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa,A.U. 1974. Metode Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor
Klust,Gerhard. 1987. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang
H. Sudirman dan Mallawa, Achmar. 2008. Teknik Penangkapan Ikan. PT Rineka Cipta, Jakarta
http://www.google.com. Diakses tanggal 15 Oktober 2010. MS Komputer Pemuda. Tanjungpinang-------------------------------------------BIOLOGI PERIKANAN---------------------------------------------------
Faktor-faktor genetik ( Kromosom ikan )
Pada waktu terjadi peleburan spermatozoa dengan inti telur, terjadi pula persatuan material yang berasal dari dua sumber. Baik telur ataupun spermatozoa membawa sifat dari masing-masing induk yaitu kromosom.
Kromosom merupakan benda kecil, terletak dalam inti sel, bertanggung jawab untuk transmisi atau pemindahan sifat keturunan. Kromosom ini hanya dapat terlihat pada waktu terjadi pembelahan sel secara mitosis terutama pada saat metaphase dengan cara pewarnaan khusus. Ukuran dan bentuk kromosom itu berbeda dalam species ikan yang berlainan. Namun kromosom itu dapat dibedakan menjadi 4 macam sebagai berikut ( Gambar 16 ):
a = Acro(telo)centric (t).
Kromosom telocentric centromerenya yaitu daerah tempat menempel benang pada waktu mitosis terletak dekat salah satu ujung kromosom.
b = Subtelocentric (st).
Kromosom subtelocentric centomerenya berdekatan ke ujung kromosom, tetapi terdapat lengan kromosom yang pendek.
c = Submetacentric (sm).
Kromosom submetacentric centromerenya terletak di tengah-tengah. kromosom. Kedua lengan kromosomnya terlihat tapi tidak sama panjang.
d = Metacentric (m).
Kromosom metacentric centromerenya dengan dua lengan kromosom yang sama panjang di tengah-tengah.
Gambar 16. Macam-macam bentuk kromosom ikan (Kirpichnikov 1981)
Menurut penulis lain kromosom telocentric ialah kromosom yang tidak mempunyai lengan kromosom kedua setelah terminal centromer, berlawanan dengan kromosom yang acrocentric mempunyai lengan kromosom pendek. Klasifikasi kromosom menjadi 4 bentuk itu berdasarkan perbandingan panjang lengan kromosom.
Tidak semua ikan mempunyai bentuk kromosom itu terlihat bersama-sama pada waktu metaphase. Ada ikan yang hanya mempunyai kromosom acrocentric dan subtelocentric, atau dalam species lain hanya terdiri dari kromosom metacentric atau sub metecentric.
Sering sekali pada ikan didapatkan 2 atau 3 macam kromosom, walaupun ada juga yang mempunyai keempatempatnya bentuk kromosom. Pada sejumlah ikan teleost, demikian juga pada ikan cucut dan pari serta dalam Acipencerridae dan Amiidae, dalam kromosomnya didapatkan "micro-chromosome" yang bentuknya kecil tetapi sangat sukar dikuantitatifkan. Ada juga ikan yang mempunyai kromosom dengan satelitnya seperti pada ikan Salmonidae dengan bentuk seperti pada Gambar 17.
Gambar 17. Kromosom ikan dengan satelit
Dapat diperhatikan bahwa tiap kromosom mengandung dua bentuk yang identik dan sejajar yang dinamakan kromatid. Tiap kromatid terdiri dari satu atau beberapa filamen tipis yang dinamakan kromonemata atau genonemata.
Pada kronemata ini terdapat satu daerah yang meyerap pewarnaan yang lebih dan daerah ini dinamakan kromomer. Kromonema merupakan filamen ganda yang panjang, bentuknya lurus kalau sel itu sedang membelah dan kalau sel itu sedang istirahat atau interphase bentuknya ikal seperti spiral. Dalam sel yang sedang istirahat demikian kromonemata yang panjang dan tipis itu mengisi inti sel membentuk jaringan yang komplek, tapi sukar terlihat di bawah mikroskop, hanya satu atau dua nukleoli yang terlihat.
Sumber : M. Ichsan Effendie, 1997
--------------------------------------------------JIPRIANDI-----------------------------------------------------
SEKSUALITAS IKAN
PENDAHULUAN
Reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme. Bayangkan apabila ada suatu organisme yang tidak melakukan reproduksi, tentu saja akan menganggu keseimbangan alam. Ingat rantai makanan? Bayangkanlah salah satu mata rantai tersebut hilang. Tentu akan tidak seimbang proses alam ini. Yang akan menghancurkan sebuah ekosistem,atau bahkan peradaban. Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan. Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populai tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan disuatu perairan harus berhati-hati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak. Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia akan sangat padat dengan ikan.
Ikan jantan : ikan yang mempunyai organ penghasil sperma.
Ikan betina : ikan yang mempunyai organ penghasil telur.
Heteroseksual : Populasi yang terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya.
Monoseksual/Uniseksual : populasi yang hanya terdiri dari ikan betina saja.
Dalam menentukan sex ikan spesies tertentu harus berhati-hati, karena secara keseluruhan seksualitas ikan bermacam-macam,a.l: Hermaprodit (sinkroni, protandri, protogini), Gonokorisme (berdiferensiasi, dan tidak berdiferensiasi).
1. Hermaprodit
Satu individu ikan dikatakan hermaprodit apabila didalam tubuhnya terdapat jaringan ovarium (penentu individu betina) dan jaringan testes (penentu individu jantan). Kedua jaringan tersebut berada dalam satu organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal. Berdasarkan perkembangan ovarium dan atau testes, hermaprodit terbagi atas :
a. Hermaprodit sinkroni
• H. Sinkroni : apabila didalam gonad individu terdapat sel sex betina dan sel sex jantan yang masak secara bersamaan.
• Ikan-ikan dari kelompok Serranidae banyak yang termasuk H. Sinkroni.
• Ikan hemaprodit ini dapat mengadakan pembuahan sendiri dan ada pula yang tidak. Ikan yang mengadakan pembuahan sendiri mengeluarkan telur terlebih dulu kemudian dibuahi oleh sperma dari individu yang sama.
• Ikan yang tidak mengadakan pembuahan sendiri, dalam satu kali pemijahan ia dapat berlaku sebagai ikan jantan dan dapat pula sebagai ikan betina. Contoh Serranus cabrilla dan Hepatus hepatus serta Serranus subligerius
b. Hermaprodit protandri
• H. Protandri : ikan yang didalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina.
• Disaat masih muda, gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah testes, tetapi jaringan testes mengisi sebagian besar gonad pada bagian lateroventral.
• Setelah jaringan testesnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma, akan terjadi masa transisi, dimana jaringan ovarium mulai membesar dan testesnya mengkerut.
• Contoh ikan yang termasuk H. Protandri : Lates carcariver, Sparus auratus, Sargus anularis, Pagellus centrodontus, dan Pagellus mormyrus.
c. Hermaprodit protogini
• H. Protogini : ikan yang didalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dai fase betina ke fase jantan.
• Pada beberapa ikan yang termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan, jaringan ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testesnya berkembang.
• Contoh: Belut sawah (Monopterus albus) dan ikan Kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina).
• Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina yang berfungsi, kemudian berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi.
• Pada ikan-ikan yang termasuk kedalam famili Labridae, misalnya Halichieres sp terdapat dua macam jantan yang berbeda. Ikan jantan pertama terlihat seperti ikan betina, tetapi tetap jantan selama hidupnya. Sedangkan jantan yang kedua adalah jantan yang berasal dari perubahan ikan betina.
• Ikan-ikan yang mempunyai dua fase dalam siklus hidupnya, pada tiap-tiap fasenya sering didapatkan ada perbedaan, baik dalam morfologi maupun warna. Hal ini sering menjadi salah identifikasi.
• Ikan Larbus ossifagus ada dua warna (merah dan biru). Ternyata merah adalah ikan betina dan biru ikan jantan.
• H. Protandri & Protogini disebut dengan H. beriring. Pada waktu ikan masih muda memiliki gonad dengan dua macam sex (ovarium dan testes) yang belum berkembang dengan baik.
• Proses suksesi kelamin dari satu populasi H. Protandri dan H. Protogini terjadi pada individu yang berbeda, baik ukuran maupun umur, tetapi merupakan proses yang beriring.
• Pada ikan kakap ditemukakan bahwa tidak semua ikan betina berasal dari ikan jantan. Ada ikan betina berumur 2 tahun berukuran 42 cm, berukuran lebih kecil dari ukuran ikan betina matang gonad.
• Dari 880 ekor ikan kakap yang diteliti gonadnya secara histologis didapatkan data bahwa ikan ini tergolong Hermaprodit sinkroni, ovarium dan testes berkembang secara bersamaan dengan baik
Bagian ke 2
Hermaprodit protandrous.
Ikan ini mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina. Ketika ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah testis, tetapi jaringan testis mengisi sebagian besar gonad pada bagian lateroventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma, terjadi masa transisi yaitu ovariumnya membesar dan testis mengkerut. Pada ikan yang sudah tua, testis sudah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad diisi oleh jaringan ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi fase betina. Contoh ikan yang termasuk H. Protandri : Lates carcariver, Sparus auratus, Sargus anularis, Pagellus centrodontus, dan Pagellus mormyrus.
Hermaprodit protoginynous.
Keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit protandri. Proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan. Pada beberapa ikan yang termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan, jaringan ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testisnya berkembang. Salah satu spesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal termasuk ke dalam golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut sawah (Monopterus albus) dan ikan kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina yang berfungsi, kemudian berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi. Urutan daur hidupnya yaitu : masa juvenile yang hermaprodit, masa betina yang berfungsi, masa intersek dan masa terakhir masa jantan yang berfungsi. Pada ikan-ikan yang termasuk ke dalam Famili Labridae, misalnya Halichieres sp. terdapat dua macam jantan yang berbeda. Ikan jantan pertama terlihatnya seperti betina tetapi tetap jantan selama hidupnya, sedangkan jantan yang kedua ialah jantan yang berasal dari perubahan ikan betina. Pada ikan-ikan yang mempunyai dua fase dalam satu siklus hidupnya, pada tiap-tiap fasenya sering didapatkan ada perbedaan baik dalam morfologi maupun warnanya. Keadaan demikian menyebabkan terjadinya kesalahan dalam mendeterminasi ikan itu menjadi dua nama, yang sebenarnya spesies ikan itu sama. Misalnya pada ikan Larbus ossifagus ada dua individu yang berwarna merah dan ada yang berwarna biru. Ternyata ikan yang berwarna merah adalah ikan betina, sedangkan yang berwarna biru adalah ikan jantan.
.2. Gonokhorisme
Yakni kondisi seksual berganda dimana pada ikan fase juvenil gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan dan betinanya. Gonad tersebut pada tahap selanjutnya ada yang berkembang menjadi ovarium dan juga ada yang berkembang menjadi testes. Dengan kata lain, setengahnya menjadi jantan dan setengah yang lainnya menjadi betina, namun kondisinya tidak stabil, sewaktu-waktu dapat terjadi intersex yang spontan. (Gonokhorisme yang tidak berdiferensiasi) Contoh : Anguilla anguilla dan Salmo gairdneri irideus
.
Sifat Seksual Primer dan Sekunder
Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yakni ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan testes dengan pembuluhnya pada ikan jantan.
Tanpa melihat tanda-tanda lain pada ikan akan sukar mengetahui organ seksual primernya.
Ciri seksual primer:
► Alat/organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi
Contoh:
► Testes dan salurannya pd ikan jantan
►Ovarium dan salurannya pd ikan betina
Sifat seksual sekunder pada ikan ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina.
Dimofisme : ikan-ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina.
Dikromatisme : yang membedakan jantan dan betina adalah warna. Warna jantan biasanya lebih cerah dan lebih menarik.
Ciri seksual sekunder terdiri dari 2 jenis:
1. Tidak berhubungan dengan kegiatan reproduksi
Contoh:
► Bentuk tubuh (�♀ lebih besar)
► Buncak pemijahan pd ikan ♂ minnow (Osmerus)
► Sirip ekor lebih panjang pd ♂ cinggir putri (Xiphophorus
helleri)
► Warna tubuh lebih cemerlang pd ♂ misal pada Lepomis
Humilis
Lepomis Humilis
Sirip ekor lebih panjang pd ♂ cinggir putri (Xiphophorus helleri)
Alat bantu pemijahan
Contoh:
► Gonopodium pd �♂ ikan seribu ( Lebistes reticulatus)
► Modifikasi sirip dada heteorchir pd �♂ Xenodexia untuk
memegang gonopodium pd kedudukannya shg memudahkan
masuk ke oviduct betina
► Sirip perut yg termodifikasi menjadi myxopterygium (clasper)
pada Elasmobranchii �♂ menjamin fertilisasi internal
► Tenaculum ( semacam clasper yg terdapat pd bagian atas
kepala) pd ikan Chimera �♂
► Ovipositor pd ikan Rhodes amarus dan Careproctus ♀
Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitan pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.
Jenis Sifat Seksual Sekunder
1. Seksual sekunder sementara : hanya muncul pada waktu musim pemijahan. Misalnya “Ovipositor” pada ikan Rhodeus amarus, yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia. Pada ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan terdapat semacam jerawat diatas kepalanya pada waktu musim pemijahan
2. Seksual sekunder permanen; tanda ini tetap sebelum dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes dan ikan-ikan karang
3. Biasanya tanda seksual sekunder terdapat pada ikan jantan.
4. Apabila ikan jantan dikastrasi (testesnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder menghilang.
5. Tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, apabila ovariumnya dikastrasi.
6. Hormon yang dikeluarkan testes dan ovarium mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder
Belida : Notopterus chitala
Gupi : Poecilia reticulata
Plati Pedang : Xiphophorus relleri
Tiger : Botia macracanta
Zebra : Pterois sp.
Napoleon : Cheilinus
Kijing Taiwan' : Anodonta
U. Vanamei : Litopenacus
LAT : Cherax
Kepiting Bakau : Schyla
Rajungan : Portunus
Kura2 : Chrysemsy
Tiram Mutiara : Phintada maxima
Rumput Laut : Caulerpa
Belut Jepang (sidat) : Anguila
Cupang : Betta Picta
Paradise Fish : macropodus
Discus : Symphisondon
Bawal : Pampus Argentus
Baung : Macro nemurus
Mas : Cyprinus carpio
Lele : Clarias Batrachus
Nila : Oreochromis niloticus
Gurame : Osphronemus gouramy
Patin : Pangasius pangasius
Kerapu : Chromileptes altivelis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar