Catatan Buat Laut Laut,
Kau tak pernah jemu menemaniku
Bersama desiran ombak yang merdu
Henbusan bayumu selembut sutera
Membelai, mengusap, mencium pipiku
Kerna engkaulah teman setiaku
Laut,
Tika senja datang berlabuh
Jendela hatiku tertutup rapi
Rayuan dan tangisan kulontar jauh
Kerana sesungguhnya hatiku terluka
Ada insan telah menggurisnya
Laut,
Untuk kali terakhir kita bersua
Lambaianmu masih kelihatan
Dengan kerelaan engkau melepaskan
Aku pergi dengan kelukaan
Mencari ketenangan di rantau orang
Laut,
Kini aku kembali padamu
Kususuri lagi pantai indahmu
Kugenggan erat pasir halusmu
Kerna sesungguhnya laut
Ketenanganku adalah bersamamu |
|
Barangkali
kita masih duduk menunggu Barangkali
kita sedang tercungap mengejar sesuatu
Barangkali
kita hanya berdiri terpaku-kau
membatu bisu
memerhati gerak waktu
tertib berlalu
mencantas tiap detik
catan tingkah dan laku
Mimpikan apa teman
mimpi apakah kita teman
kerlinglah di hadapan
tinjaukan perjalan
panjang yang kian pendek ini
Barangkali
berakhir hanya dengan
segunung harapan
|
|
Siapa engkau, siapa aku? Kita bertemu
pada penghujung suratan
terbelengu dalam amukan perasaan
mencari erti di sebalik renungan
mungkinkah……
Lantas kususun hari-hari berlalu
mengisi pertemuan demi pertemuan
dalam bahasa tanpa suara
mengungkai makna demi makna
namun jawapan masih kelabu
Lantas,
sekian lama musim berlalu
segalanya bagaikan berakhir
sehingga resah kembali
mengetuk pintu hati
lantaran pertemuan kembali bertamu
Bertanya pada diri
untuk apa semuanya ini
sekadar mengguris ketenangan
memaksa aku membenci
kerna ku tak mahu tersungkur lagi
Ataupun,
apakah pertemuan kali ini
bakal memberi satu kesudahan
penghujung sebuah pencarian
dalam mengenali
siapa engkau, siapa aku
pada dua dunia yang berbeza. |
|
Aku punya..... Aku punya rindu
Yang memaksa aku
Mencari setitis kasihmu
Aku punya sayang
Yang tidak diketahui
Atau tidak diambil peduli
Kerana perasaan ini
Amat sukar untuk dizahirkan
Aku punya kasih
Yang perlu dikongsi
Hingga akhir nanti
Pastinya,
Aku punya hati
Yang memaksa aku
Menghalusi tiap keindahan
Yang ada padamu
Lalu menilainya
Buat menghiasi hatiku
Dengan kuntuman keindahan itu
Aku punya rasa malu
Yangtidak mengizinkan
Segala kemungkinan itu
Diserahkan padamu
|
|
Sekali Aku Sekali aku melangkah
Menongkah arus
Walau kesakitan menimpa
Perjalan ini pasti kuteruskan
Hingga tiba ke destinasi
Sekali akau bercinta
Tak mungkinku berpaling
Biar engkau jauh di mana
Akan kujejaki hingga bersua
Walau hebat dugaan melanda
Dan,
Sekali akau melafazkan
Kata-kata dari hati
Akan tetap kukotakan
Kerna di penghujungnya
Pasti terbuka ruang sejahtera |
|
Dari daerah yang semakin dihimpit
dari kesungguhan pengorbanan
yang masih tinggal sedikit
Jerihku perah
kudratku asak
tekadku pasak
Anganku bukan mimpi
Citaku bukan ilusi
dan demi sebuah denai harapan
yang bakal ku usahakan
bagaimana datangpun
lingkar rintangan
bagaimana datangpun
beban tekanan Ya Rahman
tunjukkan jalan
permudahkan perhitungan |
|
Betapa sedang bermimpi
pada keindahan sebuah penghidupan
tersonsang paut pada
sebuah pertanyaan
tersedarlkah nanti aku
pada perjanjian
`LIMA WAKTU`
yang dibiarkan
pantas berlalu
di waktu nazak
datang untuk sama-sama
tumpang beradu?
Sumber : Karya peribadi & kartunis AIE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar